Jumat, 09 Oktober 2009

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[115]. I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

Mengenai turunnya ayat ini terdapat beberapa peristiwa sebagai berikut:

a. Para shahabat Nabi SAW menganggap bahwa makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan Ramadhan, hanya boleh dilakukan sementara mereka belum tidur. Di antara mereka Qais bin Shirmah dan Umar bin Khaththab. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin Khaththab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi SAW untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat "Uhilla lakum lailatashshiamir rafatsu sampai atimmush shiyama ilal lail" (S. 2: 187)
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang bersumber dari Mu'adz bin Jabal. Hadits ini masyhur, artinya hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih kepada tiga orang atau lebih dan seterusnya. Walaupun ia tidak mendengar langsung dari Mu'adz bin Jabal, tapi mempunyai sumber lain yang memperkuatnya.)

b. Seorang shahabat Nabi SAW tidak makan dan minum pada malam bulan Ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya ia berpuasa lagi. Seorang shahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tiba waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan, karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah ia: "Wahai, celakalah engkau." (Pada waktu itu ada anggapan bahwa apabila seseorang sudah tidur pada malam hari bulan puasa, tidak dibolehkan makan). Pada tengah hari keesokan harinya, Qais bin Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 187) sehingga gembiralah kaum Muslimin.

c. Para shahabat Nabi SAW apabila tiba bulan Ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi terdapat di antaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat " 'Alimal lahu annakum kuntum takhtanuna anfusakum fataba'alaikum wa'afa 'ankum sampai akhir ayat."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dari al-Barra.)

d. Pada waktu itu ada anggapan bahwa pada bulan Ramadhan yang puasa haram makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan harinya. Pada suatu ketika 'umar bin Khaththab pulang dari rumah Nabi SAW setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata: "Saya sudah tidur." 'Umar berkata: "Kau tidak tidur", dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka'b berbuat seperti itu. Keesokan harinya 'umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 187) dari awal sampai akhir ayat.
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Abdullah bin Ka'b bin Malik, yang bersumber dari bapaknya.)

e. Kata "minal fajri" dalam S. 2: 187 diturunkan berkenaan dengan orang-orang pada malam hari, mengikat kakinya dengan tali putih dan tali hitam, apabila hendak puasa. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara ke dua tali itu, Maka turunlah ayat "minal fajri". Kemudian mereka mengerti bahwa khaithul abydlu minal khaitil aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Sahl bin Sa'id.)

f. Kata "wala tubasyiruhunna wa antum 'akifuna fil masajid" dalam S. 2: 187 tersebut di atas turun berkenaan dengan seorang shahabat yang keluar dari masjid untuk menggauli istrinya di saat ia sedang i'tikaf.
(Diriwayatkan oleh ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.)




























Tafsir Jalalain.
Karya Imam Jalaludin Al Mahaali dan Imam Jalaludin Al Suyuthi

" Uhilla lakum lailatas shiyaamir rofatsu ilaa nisaa^ikum.. ( Di halalkan bagi kamu pada malam hari puasa berkencan dengan istri-istrimu) maksudnya mencampuri mereka. Ayat ini turun menashahkan hukum yang berlaku di masa prmulaan islam berupa di haramkannya mencampuri istri itu, begitu pula di haramkannya makan minum setelah waktu Isya. - hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahunna.. ( mereka itu pakaian bagi kamu dan kamu pakaian bagi mereka) sindiran bahwa kedua mereka saling bergantung dan saling membutuhkan.- 'alimallohu annakum kuntum tahtaanuun.. (Alloh mengetahui bahwa kamu akan berkhianat pada) atau mengkhianati "anfusakum"(dirimu). Dengan melakukan jima' atau hubungan suami istri.





































Tafsir Ibnu Katsir, Qs Al Baqoroh: 187..
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Tafsir Ibnu Katsir
Ini merupakan rukhshah dari Allah bagi kaum muslimin dan Allah menghilangkan perkara yang dijalankan pada permulaan Islam. Pada masa itu, apabila seorang muslim berbuka, maka dihalalkan baginya makan, minnm, dan berjima hingga shalat isya atau dia tidur. Apabila dia sudah tidur atau shalat isya, maka haram baginya makan, minum, dan berjima hingga malam berikutnya. Maka mereka mendapat kesulitan yang besar karenanya. Yang dimaksud [[rafats]] sini ialah jima'.
Demikianlah menurut pendapat sekelompok ulama yang terdiri atas Ibnu Abbas dan beberapa tabi'in.
Sehubungan dengan firman Allah, "Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka," Ibnu Abbas dan ulama lainnya berkata, "Mereka dapat membuatmu tenteram dan kamu pun dapat membuat mereka tenteram. Secara singkat dapat dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan dapat saling menggauli, menyentuh, dan mencampuri. Adalah sangat tepat bila Allah memberi mereka kemurahan untuk bergaul pada malam Ramadhan agar hal itu tidak memberatkan dan menyusahkan mereka. Seorang penyair bersenandung:
"Kegaduhan terjadi bila si betina menggoyang-goyangkan lehernya merajuk. Maka dia merupakan busana si jantan."
Sebagaimana telah dikemukakan, ayat itu diturunkan karena, "Apabila seorang sahabat berpuasa, yaitu sebelum difardhukannya puasa Ramadhan, kemudian dia tertidur sebelum berbuka, maka ia tidak boleh makan dan sejenis nya. Qais bin Sharimah al Anshari pernah berpuasa, pada hari itu dia bekerja di ladang. Ketika waktu berbuka tiba, dia menemui istrinya seraya bertanya, 'Apakah kamu punya makanan?' Istrinya menjawab, 'Tidak punya, tetapi kami akan pergi mencarikannya untukmu.' Qais tidak tahan menahan kantuk sehingga dia pun tertidur. Kemudian istrinya datang. Ketika dilihat suaminya sudah tertidur, dia berkata, 'Rugilah kamu! Mengapa kamu tidur?' Ketika esoknya Qais berpuasa sampai tengah hari, maka dia pun pingsan. Kemudian hal itu diceritakan kepada Rasulullah saw.. Maka turunlah ayat, 'Dihalalkan bagi kamu berjima' dengan istrimu pada malam puasa... Makan dan minumlah hingga nyata bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar.' Maka orang-orang sangat bergembira karenanya."
Firman Allah,
"Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka ..."
ini diturunkan berkenaan dengan kasus Qais bin Sharimah yang diceritakan sebelumnya, karena , "di sana ada seorang muslim yang tidak mampu menahan nafsunya. Mereka menggauli istri-istri mereka pada malam bulan Ramadhan, yaitu setelah isya dan setelah tidur. Di antara yang melakukan hal itu adalah Umar bin Khaththab. Perbuatan semacam itu dilarang sebagaimana telah diutarakan, sebab sebelum itu, apabila mereka telah shalat isya mereka diharamkan berjima, makan, dan sejenisnya. Kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw. sehingga Allah menurunkan ayat, "Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu." Maksudnya, kamu menggauli istrimu, makan, dan minum setelah isya. "Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang gaulilah mereka," yakni campurilah mereka, "dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu", yaitu anak, "dan makan serta minumlah kamu hingga terlihat jelas olehmu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam."
Hal itu merlipakan pemaafan dan rahmat dari Allah. Maka Allah membolehkan makan, minum, dan berjimak pada seluruh malam sebagai kemurahan, rahmat, dan kasih sayang dari Allah.
Firman Allah
"Makan dan minumlah kamu hingga nyata bagimu benang putih dari benang hitam karena fajar"
yakni hingga jelas terangnya pagi dari gelapnya malam. Dan untuk menghilangkan kesamaran, maka Allah berfirman "Yaitu fajar."
Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Adi bin Hatim, dia berkata :
"Saya bertanya, 'Wahai Rasulullab, apa maksudnya benang putih dari benang hitam, apakah keduanya merupakan dua jenis benang?' Nabi bersabda, 'Sesungguhnya kamu hanya menerka-nerka saja bila kamu melihat dua benang.' Beliau melanjutkan, 'Bukanlah demikian, namun yang dimaksud ialah gelapnya malam dan terangnya siang.'" (HR Bukhari)
Kebolehan makan hingga terbit fajar yang diberikan Allah merupakan dalil bagi disunnahkannya sahur, karena hal itu merupakan bagian rukhshah dan memanfaatkannya adalah disukai. Sunnah pun mendorong untuk makan sahur. Dalam shahihain dikatakan dari Anas bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Makan sahurlah kamu, karena di dalamnya terdapat berkah." (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits lainnya ialah,
"Sesungguhnya Rasulullah saw. mengistilahkan sahur dengan santapan berkah."
Dalam Shahihain dikatakan oleh Qasim dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. bersabda
"Azan Bilal tidaklah menghalangi sahurmu, karena dia azan pada malam hari. Maka makan dan minumlah kamu hingga mendengar azan Ibnu Ummi Maktum, karena dia tidak azan kecuali ketika terbit fajar." (HR Bukhari Muslim)

Masalah: perbuatan Allah menjadikan fajar sebagai akhir dari kebolehan berjima, makan, dan minum bagi orang yang hendak berpuasa dapat dijadikan dalil bahwa barangsiapa yang junub pada waktu subuh, maka mandi besarlah dan sempurnakanlah puasanya serta tiada dosa atasnya. Itulah pandangan keempat mazhab dan jumhur ulama, baik salaf maupun khalaf. Hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah dan Ummi Salamah bahwa keduanya berkata , "Adalah Rasulullah saw. masih junub karena jima dan bukan karena mimpi pada waktu subuh. Kemudian beliau mandi besar dan melanjutkan puasanya." Dalam hadits Ummi Salamah yang diriwayatkan Syaikhani dikatakan, "Beliau tidak berbuka dan tidak meng-qadhanya."
"Kemudian sempurnakanlah hingga malam." Berbuka pada saat terbenam matahari merupakan tuntutan hukum syara' sebagaimana dikemukakan dalam shahihain dari Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab r.a. dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda
"Jika malam datang dari sana dan siang menyingkir dari sana, maka orang yang berpuasa dapat berbuka." (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Sahl bin Sa'ad as-Saidi r.a. dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda
"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menye-gerakan berbuka." (HR Bukhari dan Muslim)
Puasa Wishal
Kemudian, dalam hadits-hadits sahih terdapat larangan berpuasa secara wishal, yaitu menyambungkan puasa hari ini dengan hari berikutnya, dan di antara kedua hari itu dia tidak makan apa pun. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kamu berpuasa wishal." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, engkau sendiri melakukannya!" Nabi bersabda, "Sesungguhnya aku berbeda dengan kamu. Pada malam hari Dia memberiku makan dan minum." Abu Hurairah berkata: "Ketika orang-orang tidak menghentikan puasa wishal, maka Nabi saw. berpuasa secara wishal bersama mereka selama dua hari dua malam. Kemudian mereka melihat datangnya hilal bulan Syawal. Maka beliau bersabda, 'Seandainya hilal itu tidak keburu datang, niscaya kutambah puasa wishal'mi? Rasulullah mengucapkan hal itu dengan nada marah karena mereka tidak mau menghentikan puasa wishal." Hadits ini dikemukakan dalam shahihain dari hadits az-Zuhri.
Telah menjadi ketetapan bahwa puasa wishal dilarang. Puasa wishal merupakan ibadah khusus bagi Nabi saw. Beliau sangat memperhatikan dan mementingkannya. Yang jelas bahwa makan dan minumnya Rasulullah saw. itu bersifat spiritual, bukan konkret. Jika bukan makanan dan minuman spiritual, maka dia tidak dikatakan berpuasa wishal kalau memakan makanan sesungguhnya. Namun, wishal sampai sahur dibolehkan karena ada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri r.a., dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda
"Janganlah kamu berpuasa wishal (menyambung). Barangsiapa di antara kamu hendak menyambung puasa, maka berwishallah sampai sahur. " (HR Bukhari dan Muslim)
Firman Allah,
"Janganlah kamu campuri mereka ketika kamu tengah beriktikaf dalam masjid."
Sebelumnya, orang-orang yang beriktikaf di masjid suka keluar kemudian mereka berjima semaunya. Kemudian turunlah ayat ini yang melarang mereka berbuat demikian sebelum mereka menyelesaikan iktikafnya. Yakni, janganlah kamu mendekati istrimu selagi kamu beriktikaf di masjid. Dengan demikian, diharamkan kepada orang yang beriktikaf bercampur dengan istrinya. Apabila dia mesti pulang ke rumah karena ada suatu kebutuhan, maka dia mesti memenuhinya dalam kadar waktu yang cukup untuk makan atau buang air, misalnya. Dia tidak boleh mencium atau memeluk istrinya serta melakukan perkara lain selain iktikaf.
Dalam shahihain terdapat hadits dari Aisyah r.a. bahwa dia berkata, "Adalah Nabi saw. mendekatkan kepalanya kepadaku ketika aku sedang haid, maka aku membiarkannya. Beliau tidak masuk ke rumah kecuali untuk memenuhi keperluan kemanusiaan." Aisyah berkata, "Ketika beliau sakit, beliau tinggal di rumah. Aku tidak bertanya kepadanya, dan aku hanya lewat saja."
Penuturan Allah Ta'ala ihwal iktikaf setelah berpuasa mengandung bimbingan dan peringatan supaya umatnya beriktikaf pada bulan puasa atau pada sepuluh hari terakhir bulan tersebut, sebagaimana hal itu ditetapkan dalam Sunnah dari Rasulullah saw.
"Beliau beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadh an hingga beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau juga beriktikaf sepeninggal beliau." (HR Bukhari dan Muslim)
Firman Allah,
"Itulah larangan Allah,"
yakni perkara yang telah Kami jelaskan, fardhukan, dan tetapkan ihwal puasa dan hukum-hukumnya, apayang Kami bolehkan pada bulan itu, apa yang Kami larang, Kami tuturkan tujuannya, ihwal rukhshah dan 'azimah-nya, itu merupakan had-had Allah yang telah dijelaskan dan disyariatkan oleh Zat-Nya.
"Maka janganlah kamu mendekatinya."
Maksudnya, janganlah kamu melewati dan melintasinya.
"Demikianlah, Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia."
Yakni, sebagaimana Allah telah menerangkan puasa, hukum, syariat, dan rinciannya, maka demikianlah Dia menjelaskan hukum-hukum lainnya kepada manusia melalui lisan hamba-Nya Muhammad saw.
" agar mereka bertakwa",
yakni agar mengetahui bagaimana mereka beroleh petunjuk dan bagaimana melakukan ketaatan, sebagaimana Allah berfirman, "Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu." (al Hadiid ayat 9)

Jumat, 11 September 2009

JADWAL WANITA HAID DIBULAN RAMADHAN

JADWAL IBADAH RAMADHAN
UNTUK WANITA HAID

SETELAH TERBITNYA FAJAR
Menjawab adzan untuk shalat fajar(subuh) " اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته " .
“Ya Allah Tuhan Pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan, karuniakanlah kepada nabi Muhammad Saw. wasilah dan keutamaan dan tempatkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan.”


Isilah waktu antara adzan dan iqamat ini dengan berdo’a dan membaca dzikir-dzikir pagi hari. قال صلى الله عليه وسلم : " الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة " رواه أحمد والترمذي وأبو داوود
“Do’a itu tidak akan tertolak diantara adzan dan iqamah”
Penjelasan: Do’a yang dilakukan pada waktu antara adzan dan iqamah itu terkabulkan. Dalam artian, waktu ini adalah salah satu waktu yang mustajabah untuk berdo’a.
Membangunkan anggota keluarga untuk menunaikan shalat Subuh
Mengingatkan suami dan anak-anak lelaki untuk shalat Subuh berjamaah di masjid, dengan berangkat lebih awal sebelum iqamah. قال صلى الله عليه وسلم : " ولو يعلمون ما في العتمة والصبح لأتوهما ولو حبوًا " متفق عليه , " بشر المشائين في الظلم إلى المساجد بالنور التام يوم القيامة " رواه الترمذي وابن ماجه
Rasul Saw. bersabda: “Dan jikalau mereka mengetahui apa-apa yang ada dalam sholat Isya’ dan shubuh niscaya mereka mendatangi keduanya bahkan mereka akan mencintainya.”
“berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan bersama-sama ke masjid di kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari akhir nanti.”
H.R Tirmidzi

KEGIATAN SETELAH KELUAR DARI MASJID/MUSHOLA
• Membantu suami berangkat ketempat kerja dengan niat ibadah. Mengingatkan agar suaminya mencari rizki untuk keluarganya secara halal dan menyempatkan diri mengabdi kepada masyarakat.
• Menyiapkan anak-anak berangkat ke sekolah, dan menasehatkan mereka untuk mencari pahala sambil belajar demi masa depan dunia dan akherat.
• Menasehatkan seluruh anggota keluarga untuk mengingat Allah ta’ala sepanjang hari. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ما أكل أحد طعاما خيرا من أن يأكل من عمل يده وأن نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده" رواه البخاري .
Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seseorang itu memakan makanan yang lebih baik daripada memakan dari hasil jerih payahnya dan sesungguhnya nabi Allah, Dawud As. makan dari hasil tangannya(jerih payah) sendiri.”
H.R. Bukhori

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من سلك طريقا يلتمس فيها علما سهل الله له به طرقا إلى الجنة "رواه مسلم .
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa berjalan diatas jalan yang didalamnya ada ilmu, Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga.”
H.R. Muslim

قال تعالى: (أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُِ) [الرعد:28[ .
“Bukankah dengan mengingat Allah menentramkan bathin”
(Ar-Ra’du 28)
قال صلى الله عليه وسلم : " أحب الأعمال إلى الله أن تموت ولسانك رطب من ذكر الله "
Rasulullah Saw. bersabda: “Amal yang paling disukai Allah adalah apabila lisanmu senantiasa basah dengan dzikrullah hingga mati”
Mengingatkan setiap anggota keluarga untuk menunaikan shalat Dhuha meskipun Cuma dua rakaat sebelum keluar rumah. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة، فكل تسبيحة صدقة، وكل تحميده صدقة، وكل تهليلة صدقة، وكل تكبيرة صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى "رواه مسلم .
Rasulullah Saw. bersabda: ““Jadilah setiap gerak-gerik kalian sedekah, setiap tasbih sedekah, setiap tahil sedekah, setiap takbir sedekah, perintah kepada kebaikan sedekah, melarang kemungkaran sedekah, dan semuanya bisa dicukupi dengan dua rakaat Dhuha””. H.R. Muslim

Tidur dan istirahat. قال معاذ بن جبل رضي الله عنه : " إني لأحتسب في نومتي كما أحتسب في قومتي " .
Mu’adz bin Jabal R.a berkata: Sesungguhnya aku diminta untuk memperhitungkan pahala dalam tidurku sebagaimana aku memperhitungkannya dalam bangunku.”

Menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah sepanjang hari.

قال تعالى: (أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُِ) [الرعد:28[ .
“Bukankah dengan mengingat Allah menentramkan bathin”
(Ar-Ra’du 28)

قال صلى الله عليه وسلم: " أحب الأعمال إلى الله أن تموت ولسانك رطب من ذكر الله " حسنه الألباني رقم: 165 في صحيح الجامع.

“Amal yang paling disukai Allah adalah matimu, sedang lisanmu senantiasa basah dengan dzikrullah

Contoh Dari Macam-macam Dzikir:


- سبحان الله وبحمده أستغفر الله وأتوب إليه.
Subhanallah wa bihamdihi, astaghfirullah wa atuubu ilaih
Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam memperbanyak bacaan “Subhanallah wa bihamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih”. Katanya, dan aku berkata: Ya Rasulullah!Saya melihatmu memperbanyak bacaan “”Subhanallah wabihamdihi, astaghfirullah wa atuubu ilaih?” dan beliau bersabda”Tuhanku telah mengabarkan kepadaku bahwa aku akan melihat tanda-tanda pada umatku. Maka ketika aku melihatnya, aku memperbanyak bacaan : Subhanallah wabihamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih. Dan aku telah melihatnya. Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Maka dibukalah Makkah. Dan kulihat manusia masuk kedalam agama Allah berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunannya, sesungguhnya Dia maha penerima taubat. (H.R. Muslim)
- استغفر الله العظيم من جميع الذنوب وأتوب إليه .
Astaghfirullah al-adhim min jamii’i-dzunubi wa atuubu ilaih

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " يا أيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرةً " رواه مسلم

Nabi Shallalahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali”
H.R. Muslim

- سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم .

Subhanallah wa bihamdihi subhanallah-al-adhim

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " كلمتان خفيفتان على اللسان ، ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن : سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم " رواه البخاري ومسلم .

Rasulullah Saw. bersabda:”Dua kata yang ringan diucapkan, namun berat pada timbangan, disukai oleh Sang Maha Pengasih:Subhanalah wabihamdihi subhanallah-al-adhim”
H.R. Bukhari & Muslim

- لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين .

Laa ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu mina-dholimin

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " دعوة ذي النون إذ دعا وهو في بطن الحوت لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين فإنه لم يدع بها رجل مسلم في شيء قط إلا استجاب الله له " صحيح
الترمذي .

Rasulullah Saw. bersabda: Doa dzu nun (gelar nabi Yunus As) ketika berada dalam perut paus “ Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku telah termasuk orang-orang yang dhalim”, maka sesungguhnya tidak berdoa seorang laki-laki muslim dengan (doa ini) dalam segala perkara melainkan Allah Swt mengabulkan baginya (doa).

سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر .
-
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illalahu wallahu akbar

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " لأن أقول سبحان الله ، والحمد لله ،ولا إله إلا الله ، والله أكبر ،أحب إلى مما طلعت عليه الشمس " رواه مسلم , قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أحب الكلام إلى الله أربعٌ : سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر، لا يضرك بأيهنَّ بدأت " رواه مسلم .

Rasulullah Saw. bersabda: ”Aku dianjurkan membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, lebih disukai dari apa-apa yang matahari terbit di atasnya” H.R. Muslim, Nabi Saw. bersabda: ”Kata-kata yang paling disukai oleh Allah ada empat: Subhanallah, walhamdulillah, wa laailaha illa-Allah, wa-Allahu akbar, yang tiada akan mencelakaimu dengan mana saja kamu bisa memulainya.”H.R. Muslim

لا حول ولا قوة إلا بالله .

Laa haula wa laa quwwata illa billah

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " يا عبد الله بن قيس ألا أدلك على كنز من كنوز الجنة ؟" فقلت: بلى يا رسول الله ، قال :" قل لا حول ولا قوة إلا بالله " رواه البخاري ومسلم .

Rasulullah Saw. bersabda: ”Wahai Abdullah ibnu Qais, bukankah aku tunjukkan kepadamu harta karun dari harta-harta surga?”Maka aku berkata:Benar ya Rasulallah, lalu beliau bersabda:”Ucapkanlah laa haula wa laa quwwata illa billah”H.R. Bukhari & Muslim

- سبحان الله العظيم وبحمده .
Subhanallah al-adhim wa bihamdihi

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من قال سبحان الله العظيم وبحمده غرست له نخلة في الجنة " رواه الألباني رقم: 1540 في صحيح الترغيب .

Rasulullah Saw. bersabda:”Barangsiapa berkata subhanallah al adhim wa bihamdihi maka akan ditanamkan baginya pohon kurma disurga”

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد .
Allahumma Shalli ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama shallaita ‘ala aali Ibrahim innaka hamiidum majiid, Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama baarakta ‘ala aali Ibrahim innaka hamiidum majiid

قال تعالى: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواصَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً) [الأحزاب:56[.
Allah berfirman: Sesungguhnya Allah beserta malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
QS. al-Ahzab: 56

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا " رواه مسلم .
Rasulullah Saw. bersabda:”Barangsiapa bershalawat keatasku sekali, Allah bershalawat kepadanya(dengan shalawat tersebut)sepuluh kali”H.R Muslim

وقال صلى الله عليه وسلم : " لا تجعلوا بيوتكم قبورا ، و لا تجعلوا قبري عيدا ، و صلوا علي ، فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم "

Dan Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai hari ied (hari dimana orang-orang bersuka cita karena pada hari itu kaum muslimin kembali kepada fitrah) , dan bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku dimanapun kalian berada”

KEGIATAN SETELAH DZUHUR
Menjawab adzan untuk shalat dzuhur, memanfaatkan waktu diantara adzan dan iqamah untuk berdo’a
Masuk ke dapur dan mempersiapkan buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa dan dihitunglah pahala dari pekerjaan mulia ini. فعن أنس رضي الله تعالى عنه قال : كنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في السفر فمنا الصائم ومنا المفطر قال : فنزلنا منزلاً في يوم حار وأكثرنا ظلاً صاحب الكساء , ومنا من يتق الشمس بيده قال فسقط الصوّام وقام المفطرون فضربوا الأبنية فقام المفطرون وهذا هو الشاهد فقام المفطرون و ضربوا الأبنية و سقوا الركاب فقال رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم : " ذهب المفطرون اليوم بالأجر " رواه البخاري ومسلم .
Dan dari Anas Ra. berkata:Kami sedang bersama nabi Saw. dalam sebuah perjalanan dan ada diantara kami yang berpuasa dan ada pula yang berbuka(tidak puasa), berkatalah Anas Ra: maka berhentilah kami pada suatu tempat yang pada hari itu merupakan hari yang panas dan kebanyakan dari kami berteduh dengan pakaian yang kami miliki (dari panasnya matahari) dan sebagian yang lain melindungi dirinya dengan tangan mereka. Berkatalah Anas Ra: maka berbukalah orang-orang yang berpuasa (membatalkan puasanya), bangkitlah mereka lalu mendirikan bangunan ( untuk beristirahat) dan berdirilah orang-orang yang telah membatalkan puasanya tadi, dan orang yang berpuasa tidak mampu apa-apa, ini merupakan saksi (pada hari akhir nanti). Maka berdirilah orang-orang yang berbuka tadi dan mendirikan bangunan (untuk tempat beristirahat) dan mereka memberi minum kepada para musafir maka bersabdalah Rosul Saw: Hari ini orang-orang yang berbuka dari puasanya pergi dengan membawa pahala.
H.R. Bukhori & Muslim

Menghabiskan saat-saat yang dikerjakan didapur menikmati hidangan sejuk dari Allah berupa: Banyak berdzikir dan bertasbih, beristighfar dan berdo`a, mendengarkan bacaan Qur’an atau ceramah-ceramah melalui radio atau tv di sela - sela mempersiapkan hidangan buka puasa di dapur. قال تعالى: (أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُِ) [الرعد: 28[.
“Bukankah dengan mengingat Allah menentramkan hati”
أن أعرابياً قال لرسول الله صلى الله عليه و سلم: إن شرائع الإسلام قد كثرت علي فأنبئني بشيء أتشبث به , فقال : " لا يزال لسانك رطباً من ذكر الله " حديث صحيح صححه الألباني .
Seorang Baduwi berkata kepada rasulullah Saw: Sesungguhnya syari’at-syari’at Islam telah banyak bagiku, maka beritahukan kepadaku dengan sesuatu yang aku bisa berteguh padanya, maka berkatalah Rosul Saw :”Senantiasa basahilah lisanmu dengan berdzikir kepada Allah”

Mengingatkan anak-anak untuk menunaikan shalat dzuhur dan sunnah rawatibnya(Jika belum mengerjakannya di sekolah.
Menasehatkan anak-anak untuk mengambil waktu sejenak untuk beristirahat supaya kuat melaksanakan ibadah puasa, mengajarkan mereka akan pahala dari tidur mereka.
KEGIATAN SETELAH ASHAR
Menjawab adzan shalat Ashar
Mengingatkan suami dan anak-anak untuk shalat ashar di masjid secara jamaah dan mendengarkan pengajian di masjid setelah shalat dan tilawah al-Qur`an, dan menasehatkan kepada para wanita untuk menunaikan shalat ashar berjamaah di rumah jika memungkinkan untuk itu.
Ibu dan anak-anak perempuannya supaya shalat Ashar berjamaah di rumah jika memungkinkan. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كأجر حاج تاما حجته " رواه الطبراني حسن صحيح .
Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa pergi ke masjid hanya bertujuan untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala haji sempurna”.
H.R. Thabrani.
Sang ibu menasehatkan kepada angota keluarga untuk membantunya di dapur, dan mengingatkan mereka akan pahala mentaati kedu orangtua dan usaha untuk mendapatkan ridho mereka dalam bentuk membantu orang-orang yang puasa.
Menghindari hidangan yang bersifat boros dan berlebih-lebihan. وقال تعالى: (وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ) [الأعراف:31[ .
Allah Swt. bersabda: “…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
QS. Al-A’raf: 31.
KEGIATAN MENJELANG MAGHRIB
Memperbanyak do’a dan istighfar pada waktu ini di sambil mempersiapkan buka puasa. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " الدعاء هو العبادة " صححه الألباني رقم: 3407 في صحيح الجامع
Rasulullah Saw. bersabda: “Do’a itu adalah ibadah”
Mencari pahala degan mengantarkan buka puasa untuk tetangga dan yang membutuhkan yaitu dengan menyenangkan mereka dan untuk mempererat hubungan antar tetangga dan memberikan bantuan bagi mereka, serta memetik pahala dari memberikan buka puasa bagi yang berpuasa. قال صلى الله عليه وسلم: " من فطر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئاً " رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما، وصححه الألباني رقم: 6415 في صحيح الجامع .
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa memberikan buka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya pahala sebagaimana pahala yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun.”
H.R Tirmidzi & ibnu Majah

ثبت في الصحيحين أنه صلى الله عليه وسلم: كان أجود الناس، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن، فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة .
Ditetapkan dalam kitab sahihaini bahwa Rasulullah Saw.: “ adalah manusia yang palin gdermawan dan beliau adalah sebaik-baik orang dermawan di bulan Ramadhan ketika Jibril datang menemuinya dan iapun (Jibril) mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan dan mengajarinya al-Qur`an, Rasul Saw. Saat itu lebih dermawan daripada angin yang berhembus(membawa kebaikan maupun manfaat bagi manusia).

KEGIATAN SETELAH TERBENAMNYA MATAHARI
Menjawab adzan untuk shalat Maghrib
Menasehatkan keluarga untuk berbuka puasa dengan kurma atau kurma ruthob (dengan bilangan ganjil) atau dengan air serta mengajarkan mereka mencari pahala dengan mengikuti sunnah nabi Saw. dengan membaca do’a berbuka puasa. عن أنس قال: كان رسول الله يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء .
Dari Anas R.a berkata:”Bahwa rasulullah Saw. berbuka puasa dengan kurma sebelum shalat dan jika tidak ada kurma maka dengan kurma kering dan jika tidak ada, dengan beberapa teguk air.”
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : " ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله"
Bahwa Rasulullah Saw. ketika berbuka membaca: Telah hilanglah dahaga dan ketika keringat telah membasahi badannya (selama puasa) serta telah tetaplah pahala(puasa) jika Allah menghendaki.
Mengingatkan suami dan anak-anak serta saudara-saudara laki-laki agar menunaikan shalat maghrib di masjid, dan bagi wanita untuk menjalankan shalat jamaah di rumah jika memungkinkan untuk itu.
Berkumpul dengan keluarga di meja makan berbuka puasa dengan bersyukur pada Allah atas nikmat sempurnanya puasa hari ini.
Membaca dzikir-dzikir sore, dan menasehatkan seluruh anggota keluarga untuk beriltizam (membiasakan diri) dengan dzikir-dzikir ini.
Mengingatkan keluarga agar bersiap-siap melaksanakan shalat Isya’ dan Tarawih di masjid. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " أيما امرأة استعطرت ‏ثم خرجت، فمرت على قوم ليجدوا ريحها فهي زانية " رواه أبو داود، الترمذي والنسائي ‏وغيرهم و صححه الألباني رقم: 2701 في صحيح الجامع .
Rasulullah Saw. bersabda: “Siapapun dari seorang wanita berparfum lalu keluar rumah dan berjalan didepan suatu kaum untuk dicium baunya maka dia telah berzina”
H.R. Abi Daud, Tirmidzi dan Nasa’i.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " أيما امرأة أصابت بخوراً فلا تشهد ‏معنا العشاء الآخرة " أي صلاة العشاء رواه مسلم .
Rasulullah Saw. bersabda: “Siapapun dari seorang wanita berparfum maka janganlah ia duduk bersama kami dalam tasyahud Isya terakhir” yaitu shalat isya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لا تمنعوا إماء الله مساجد الله ، وليخرجن تفلات " أي غير متطيبات رواه أحمد وأبو داود
Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah menghalangi perempuan dari masjid Allah, dan supaya mereka ke masjid dengan tidak berparfum. H.R. Ahmad, Abu Daud.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من تطهر في بيته ثم مشى إلى بيت من بيوت الله ليقضي فريضة من فرائض الله كانت خطوتاه إحداهما تحط خطيئة والأخرى ترفع درجة " رواه مسلم .
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu ia pergi ke rumah Allah untuk menjalan sholat fardlu, maka langkahnya satunya mengurangi dosanya dan langkah lainnya menambah pahalanya”. H.R. Muslim.
KEGIATAN SETELAH SHALAT ISYA’
Menasehatkan anak-anak untuk belajar.
Membantu anak-anak dan menasehatkan mereka untuk membaca/menghafal al-Qur`an
Menyelesaikan pekerjaan dapur dengan niat ibadah.
Tidur dengan niat mencari pahala dan menjadikan tidur ini agar dapat bangun untuk tahajud
KEGIATAN AKHIR PERTIGA MALAM
Membangunkan anggota keluarga dan menyarankan mereka agar mengerjakan shalat Tahajud, dengan menasehatkan mereka untuk memperpanjang sujud dan ruku’ dalam shalat tahajud, dan supaya shalat berjamaah di masjid pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.

Mencari Pahala dengan menyiapkan makan sahur dengan memperbanyak do’a dan dzikir serta istighfar.
Mengajak keluarga untuk bersahur bersama-sama. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " تسحروا فإن في السحور بركة " متفق عليه .
Rasulullah Saw. bersabda: “Bersahurlah sesungguhnya dalam sahur itu barokah” Muttafaq ‘alaih.
Duduk untuk berdo’a dan istighfar sampai adzan subuh. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " ينزل ربنا تبارك وتعالى في كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر، فيقول: من يدعوني فأستجيب له، ومن يسألني فأعطيه، ومن يستغفرني فأغفر له " رواه البخاري والمسلم .
Rasulullah Saw. Bersabda: “Setiap hari Allah turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lalu Ia berkaka:”Siapa yang berdoa akan Aku kabulkan, siapa yang meminta akan Aku beri dan siapa yang memohon ampunan akan AKu ampuni.” H.R. Bukhari & Muslim.

KHUBAB BIN ADI

KHUBAIB BIN 'ADI
"PAHLAWAN YANG SYAHID DI KAYU SALIB"
Dan kini ....
Lapangkanlah jalan kepada pahlawan ini, wahai para shahabat .... Mari kemari, dari segenap penjuru dan tempat .... Datanglah ke sini, secara mudah atau bersusah payah .... Kemarilah bergegas dengan menundukkan hati ....Menghadaplah untuk mendapatkan pelajaran dalam berkurban yang tak ada tandingannya .... Mungkin anda sekalian akan berkata: "Apakah semua yang telah anda ceritakan kepada kami dulu bukan merupakan pelajaran-pelajaran tentang pengurbanan yang jarang tandingannya?"
Benar ..., semuanya pelajaran, dan kehebatannya tak ada tandingan dan imbangannya .... Tapi kini kalian berada di muka seorang maha guru baru dalam mata pelajaran seni berqurban
.... Seorang guru, seandainya anda ketinggalan menghadiri kuliahnya, anda akan kehilangan banyak kebaikan, kebaikan yang tidak terkira .... Mari bersama kami, wahai penganut aqidah dari setiap ummat dan tempat. Mari bersama kami, wahai pengagum ketinggian dari segala masa dan zaman .... Kamu juga, wahai orang-orang yang telah sarat oleh beban penipuan diri dan berprasangka buruk terhadap Agama dan iman....
Marilah datang dengan kebanggaan palsumu itu .... Marilah, dan perhatikanlah bagaimana Agama Allah itu telah membentuk dan menempa tokoh-tokoh terkemuka.... Marilah perhatikan oleh kalian! Kemuliaan yang tiada bertara... kegagahan sikap, ketetapan pendirian, keteguhan hati ....kepantang munduran ... pengurbanan dan kecintaan yang tak ada duanya....Ringkasnya, kebesaran yang luar biasa dan mengagumkan, yang telah dikalungkan oleh keimanan yang sempurna ke leher pemiliknya yang tulus ikhlas .... Tampakkah oleh anda sekalian tubuh yang disalib itu ... ? Nab, inilah dia judul pelajaran kita hari ini, wahai semua anak manusia! Benar ... tubuh yang disalib di hadapan kalian itulah sekarang yang jadi judul dan mata pelajaran, dan jadi contoh teladan dan sekaligus guru. Namanya Khubaib bin 'Adi. Hafalkan benar dengan balk nama yang mulia ini!
Hafalkan dan dengungkan serta lagukanlah namanya, karena ia jadi kebanggaan dari setiap manusia, setiap agama, dari setiap aliran dan dari setiap bangsa di setiap zaman.
Ia seorang yang cukup dikenal di Madinah dan termasuk shahabat Anshar. Ia sering bolak-balik kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam sejak beliau hijrah kepada mereka, lalu beriman kepada Rabbul 'alamin. Seorang yang berjiwa bersih, bersifat terbuka, beriman teguh dan berhati mulia. Ia adalah sebagai yang dilukiskan oleh Hassan bin Tsabit, penyair Islam sebagai berikut:"
"Seorang pahlawan yang kedudukannya sebagai teras orang-orang Anshar. Seorang yang lapang dada namun tegas dan keras tak dapat ditawar-tawar".
Sewaktu bendera perang Badar dikibarkan orang, terdapatlah di sana seorang prajurit berani mati dan seorang pahlawan gagah perkasa yang tiada lain dari Khubaib bin 'Adi ini. Salah seorang di antara orang-orang musyrik yang berdiri menghadang jalannya di peuang Badar ini dan tewas di ujung pedangnya,• ialah seorang pemimpin Quraisy yang bernama al-Harits bin'Amir bin Naufal.
Setelah pertempuran selesai dan sisa-sisa pasukan Quraisy yang kalah kembali ke Mekah, tahulah Bani Harits siapa yang telah menewaskan bapak mereka. Mereka menghafalkan dengan baik nama orang Islam yang telah menewaskan ayah mereka dalam pertempuran itu ialah Khubaib bin )Adi ... !
Orang-orang Islam telah kembali ke Madinah dari perang Badar. Mereka meneruskan pembinaan masyarakat mereka yang baru .... Adapun Khubaib, ia adalah seorang yang taat beribadah, dan benar-benar membawakan sifat dan watak seorang 'abid dan kerinduan seorang 'asyik ....Demikianlah ia beribadat menghadap Allah dengan sepenuh hatinya ...berdiri shalat di waktu malam dan berpuasa di waktu siang serta memahasucikan Allah pagi dan petang....
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bermaksud hendak menyelidiki rahasia orang-orang Quraisy, hingga dapat mengetahui ke mana tujuan gerakan serta langkah persiapan mereka untuk suatu peperangan yang baru .... Untuk itu beliau pilih sepuluh orang dari para shahabatnya, termasuklah di antaranya Khubaib dan sebagai pemimpin mereka diangkat oleh Nabi,'Ashim bin Tsabit.
Pasukan penyelidik ini pun berangkatlah ke tujuannya hingga sampai di suatu tempat antara Osfan dan Mekah. Rupanya gerakan mereka tercium oleh orang-orang dari kampung Hudzail yang didiami oleh suku Bani Haiyan, orang-orang ini segera berangkat dengan seratus orang pemanah mahir, menyusul orang-orang Islam dan mengikuti jejak mereka dari belakang ....
Pasukan bani Haiyan hampir saja kehilangan jejak, kalau tidaklah salah seorang mereka melihat biji kurma berjatuhan di atas pasir .... Biji-biji itu dipungut oleh sebagian di antara orang-orang ini, lalu mengamatinya berdasarkan firasat yang
tajam yang biasa dimiliki oleh bangsa Arab, lalu berseru kepada teman-teman mereka: "Biji-biji itu berasal dari Yatsrib – nama lain dari Madinah -- Ayuh, kita ikuti, hingga dapat kita ketahui di mana mereka berada ... !
Dengan petunjuk biji-biji kurma yang berceceran di tanah, mereka terus berjalan, hingga akhirnya mereka melihat dari jauh rombongan Kaum Muslimin yang sedang mereka cari-cari itu ....'Ashim, pemimpin penyelidik merasa bahwa mereka sedang dikejar musuh, lalu diperintahkannya kawan-kawannya untuk menaiki suatu puncak bukit yang tinggi .... Para pemanah musuh yang seratus orang itu pun dekatlah sudah. Mereka mengelilingi Kaum Muslimin lalu mengepung mereka dengan ketat ....
Para pengepung meminta agar Kaum Muslimin menyerahkan diri dengan jaminan bahwa mereka tidak akan dianiaya. Kesepuluh orang ini menoleh kepada pemimpin mereka 'Ashim bin Tsabit al-Anshari r.a. Rupanya ia menyatakan: "Adapun aku, demi Allah aku tak akan turun, mengemis perlindungan orang mu'syrik ... ! Ya Allah, sampaikanlah keadaan kami ini kepada Nabi-Mu.. .!"
Dan segeralah para pernanah yang seratus orang itu menghujani mereka dengan anak panah .... Pemimpln mereka 'Ashim beserta tujuh orang lainnya menjadi sasaran dan mereka pun gugurlah sebagai syahid. Mereka meminta agar yang lain turun dan tetap akan dijamin keselamatannya sebagai dijanjikan. Maka turunlah ketiga orang itu, yaitu Khubaib beserta dua orang shahabatnya .... Para pemanah mendekati Khubaib dan salah seorang temannya, mereka menguraikan tali-temali mereka dan mengikat keduanya. Teman mereka yang ketiga melihat hal ini sebagai awal pengkhianatan janji, lalu ia memutuskan mati secara nekad sebagaimana dilakukan 'Ashim dan teman-temannya, maka gugurlah ia pula menemui syahid seperti yang diinginkannya....
Dan demikianlah, kedelapan orang yang terbilang di antara orang-orang Mu'min yang paling tebal keimanannya, paling teguh menepati janji dan paling setia melaksanakan tugas kewajibannya terhadap Allah dan Rasul, telah menunaikan darma bakti mereka sampai mati ....
Khubaib dan seorang temannya yang seorang lagi Zaid, berusaha melepaskan tail ikatan mereka, tapi tidak berhasil karena buhulnya yang sangat erat. Keduanya dibawa oleh para pemanah durhaka itu ke Mekah. Nama Khubaib menggema dan tersiar ke telinga orang banyak.... Keluarga Harits bin 'Amir yang tewas di perang Badar, dapat mengingat nama ini dengan baik, suatu nama yang menggerakkan dendam kebencian di dada mereka. Mereka pun segera membeli Khubaib sebagai budak ... untuk melampiaskan seluruh dendam kebencian mereka kepadanya. Dalam hal ini mereka mendapat saingan dari penduduk Mekah lainnya yang juga kehilangan bapak dan pemimpin mereka di perang Badar. Terakhir mereka merundingkan semacam siksa yang akan ditimpakan kepada Khubaib untuk memuaskan dendam kemarahan mereka, bukan saja terhadapnya tetapi juga terhadap seluruh Kaum Muslimin! Dan sementara itu, golongan musyrik lainnya melakukan tindakan kejam pula terhadap teman Khubaib, Zaid bin Ditsinnah, yaitu dengan menyula atau menusuknya dari dubur hingga tembus ke bagian atas badannya....
Khubaib telah menyerahkan dirinya sepenuhnya, menyerahkan hatinya, pendeknya semua urusan dan akhir hidupnya kepada AUah Rabbul'alamin. Dihadapkannya perhatiannya kepada beribadat dengan Ilwa yang teguh, kebeuanian yang tangguh disertai sakinah atau ketenteraman yang telah dilimpahkan Allah kepada yang dapat menghancurkan batu karang dan melebur ketakutan. Allah selalu besertanya sementara ia senantiasa beserta Allah.... Kekuasaan Allah menyertainya, seakan-akan jari-jemari kekuasaan itu membarut dadanya...hingga terasa sejuk dingin ....
Pada suatu kali salah seornga puteri Harits datang menjenguk ke tempat tahanan Khubaib yang ada di sekitar rumahnya, tiba-tiba ia meninggalkan tempat itu sambil berteriak, memanggil dan mengajak orang Mekah menyaksikan keajaiban, katanya:
"Demi Allah saya melihat Khubaib menggenggam setangkai besar anggur sambil memakannya ... sedang ia terikat teguh pada besi ...padahal di Makah tak ada sebiji anggur pun.... Saya kira itu adalah rizqi yang diberikan Allah kepada Khubaib.
Benarlah .... Itu adalah rizqi yang diberikan Allah kepada hambanya yang shaleh, sebagaimana dahulu pernah diberikanNya seperti itu kepada Maryam anak 'Imran, yaitu di saat:
"Setiap kali Zakaria masuk Ke dalam mihrabnya, dan ditemukannya rizqi di dekat Maryam .... Katanya: Dari mana datangnya makanan ini hai Maryam. Jawabnya:
la datang dari Allah, sesungguhnya Allah memberi rizqi kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan tidak terhingga. ...!" (Q.S. 3 Ali Imran: 37)
Orang-orang musyrik menyampaikan berita kepada Khubaib tentang tewasnya serta penderitaan yang dialami shahabat dan saudaranya Zaid bin Ditsinnah r.a. Mereka mengira dengan itu dapat merusakkan urat sarafnya, serta membayangkan dan merasakan derita dan siksa yang membawa kematian kawannya itu. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa Allah telah merangkulnya dengan menurunkan sakinah dan rahmat-Nya ....Terus mereka menguji keimanannya dan membujuknya dengan janji pembebasan seandairiya ia mau mengingkari Muhammad dan sebelum itu Tuhannya yang telah diimaninya .... Tetapi usaha mereka tak ubahnya seperti hendak mencopot matahari dengan memanahnya .... ! Benar, keimanan Khubaib tak ubah bagai matahari, baik tentang kuatnya, jauhnya maupun tentang panasnya dan cahayanya . ... ! Ia akan bercahaya bagi orang-orang yang mencari cahayanya dan ia akan padam menggelap bagi orang yang menghendakinya gelap. Adapun orang yang menghampirinya dan menentangnya maka ia akan terbakar dan hangus.
Dan tatkala mereka telah berputus asa dari apa yang mereka harapkan, mereka seretlah pahlawan ini ke tempat kematiannya ... mereka bawa ke suatu tempat yang bernama Tan'im, dan di sanalah ia menemui ajalnya ....
Sebelum mereka melaksanakan itu, Khubaib minta idzin kepada mereka untuk shalat dua rakaat. Mereka mengidzinkannya, dan menyangka bahwa rupanya sedang berlangsung tawar-menawar dalam dirinya untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Allah, kepada Rasul dan kepada Agamanya .... Khubaib pun shalatlah dua rakaat dengan khusu', tenang, dan hati yang pasrah .... Dan melimpahlah ke dalam rongga jiwanya, lemak manisnya iman ... maka ia mencintakan kiranya ia terus shalat, terus shalat dan shalat lagi.... Tetapi kemudian ia berpaling ke arab algojonya, lain katanya kepada mereka: "Demi Allah, kalau bukanlah nanti ada sangkaan kalian bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi shalatku...!"
Kemudian diangkatnya kedua pangkal lengannya ke arab langit lain mohonnya: "Ya Allah, susutkanlah bilangan mereka ... musnahkan mereka sampai binasa ... !" Kemudian diamat-amatinya wajah mereka, disertai suatu keteguhan tekad lain berpantun:
Mati bagiku tak menjadi masalah ....Asalkan ada dalam ridla dan rahmat Allah Dengan jalan apapun kematian itu terjadi ....Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi Ku berserah menyerah kepada-Nya.... Sesuai dengan taqdir dan kehendak-Nya
Semoga rahmat dan berkah Allah tercurah ....pada setiap sobekan daging dan tetesan darah.
Dan mungkin inilah peristiwa pertama dalam sejarah bangsa Arab, di mana mereka menyalib seorang laki-laki, kemudian membunuhnya di atas salib ... !
Mereka telah menyiapkan pelepah-pelepah tamar untuk membuat sebuah salib besar, lain menyandarkan Khubaib di atasnya, dengan mengikat teguh setiap bagian ujung tubuhnya .... Orang-orang musyrik itu jadi buas dengan melakukan segala kekejaman yang menaikkan bulu roma. Para pemanah bergantian melepaskan panah-panah mereka.
Kekejaman yang di luar batas ini sengaja dilakukan secara perlahan-lahan terhadap pahlawan yang tidak berdaya karena tersalib .... Tapi ia tak memicingkan matanya, dan tak pernah kehilangan sakinah yang mena'ajubkan itu yang telah memberi cahaya kepada wajahnya. Anak-anak panah bertancapan ke tubuhnya dan pedang-pedang menyayat-nyayat dagingnya. Di kala itu saiah seorang pemimpin Quraisy mendekatinya sambil berkata: "Sukakah engkau, Muhammad menggantikanmu, dan engkau sehat wal'afiat bersama keluargamu?" Tenaga Khubaib pulih kembali, dengan suara laksana angin kencang ia berseru kepada pars pembunuhnya: "Demi Allah tak sudi aku bersama anak isteriku selamat meni'mati kesenangan dunia, sedang Rasulullah kena musibah walau oleh sepotong duri...!"
Kalimat dan kata-kata hebat yang menggugah ini pulalah yang telah diucapkan oleh teman seperjuangannya Zaid bin Ditsinnah sewaktu mereka hendak membunuhnya .... Kata-kata yang mempesona itu yang telah diucapkan oleh Zaid kemarin, dan diulangi oleh Khubaib sekarang ... yang menyebabkan Abu Sofyan, yang waktu itu belum lagi masuk Islam mempertepukkan bedua telapak tangannya sembari berkata kepada penganiaya itu:
"Demi Allah, belum pernah kulihat manusia yang lebih mencintai manusia lain, seperti halnya shahabatahahabat Muhammad terhadap Muhammad ...
Kata-kata Khubaib ini bagaikan aba-aba yang memberi keleluasaan bagi anak-anak panah dan mata-mata pedang untuk mencapai sasarannya di tubuh pahlawan ini, yang menyakitinya dengan segala kekejaman dan kebuasan .... Dekat ke tempat kejadian ini telah berterbangan burung-burung bangkai dan buring-burung buas lainnya, sealah-olah sedang menunggu selesainya para pembantai pulang meninggalkan tempat itu, hingga dapat mendekat dan mengerubungi tubuh yang sudah menjadi mayat itu sebagai santapan istimewa ....Tetapi kemudian burung-burung tersebut berbunyi bersahut-sahutan lain berkumpul dan saling mendekatkan paruhnya seakan-akan mereka sedang berbisik dan berbicara perlahan-lahan serta saling bertukar kata dan buah fikiran. Dan tiba-tiba mereka beterbangan membelah angkasa, dan pergi menjauh ....jauh...jauh sekali ...-. Seolah-olah burung ini dengan perasaan dan nalurinya tercium akan jasad seorang yang shaleh yang berdekat diri kepada Allah dan menyebarkan baunya yang harum dari tubuh yang tersalib itu, maka mereka segan dan main akan menghampiri dan menyakitinya ... ! Demikianlah burung-burung itu berlalu terbang berbondong-bondong melintasi angkasa dan menahan diri dari kerakusannya ... .
Orang-orang musyrik telah kembali ke Mekah, ke sarang kedengkian, setelah meluapkan dendam kesumat dan permusuhan. Dan tinggaliah tubuh yang syahid itu eiijaga oleh sekelompok para algojo bersenjata tombak dan pedang.
Dan Khubaib, ketika mereka menaruhnya di atas pelepah kurma yang mereka jadikan sebagai kayu salib tempat mereka mengikatkannya, telah menghadapkan mukanya ke arab langit sambil berdu'a kepada Tuhannya Yang Maha Besar, Katanya:
"Ya Allah kami telah menyampaikan tugas dari Rasul-Mu, maka mohon disampaikan pula kepadanya esok, tindakan orang-orang itu terhadap kami ... !"
Do'anya itu diperkenankan oleh Allah .... Sewaktu Rasul di Madinah, tiba-tiba ia diliputi suatu perasaan yang kuat, memberitahukan bahwa para shahabatnya dalam bahaya dan terbayanglah kepadanya tubuh salah seorang mereka sedang tergantung di awang-awang....
Dengan segera beliau saw. memerintahkan shahabatnya Miqdad bin Amar dan Zubair bi" Awwam ..., yang segera menunggang kuda mereka dan memacunya dengan kencang. Dan dengan petunjuk Allah sampailah mereka ke tempat yang dimaksud. Maka mereka turunkanlah mayat shahabat mereka Khubaib, sementara tempat suci di bumi telah menunggunya untuk memeluk dan menutupinya dengan tanah yang lembab penuh berkah....
Tak ada yang mengetahui sampai sekarang di mana sesungguhnya makam Khubaib.? Mungkin itu lebih pantas dan utama untuknya, sehingga senantiasalah ia menjadi kenangan dalam hati nurani kehidupan, sebagai seorang pahlawan yang mati syahid di atas kayu salib ... !

SA'AD BIN AMR

Sai'd bin Amir radhiallahu 'anhu
PEMILIK KEBESARAN DIBALIK KESEDERHANAAN
Ia adalah seorang sahabat Rasullullah yang utama , walaupun namanya tidak seharum nama mereka yang telah terkenal. Ia adalah salah seorang yang takwa dan tak hendak menonjolkan diri!
Mungkin ada baiknya kita kemukakan disini bahwa ia tidak pernah absen dalam semua dalam semua perjuangan dan jihad yang dihadapi Rasullullah saw. Tetapi itu telah menjadi pola dasar kehidupan semua orang Islam.Tidak selayaknya bagi orang yang beriman akan tinggal berpangku tangan dan tidak hendak turut mengambil bagian dalam apa juga yang dilakukan Nabi, baik diarena damai maupun di kancah peperangan.
Sa'id menganut Islam tidak lama setelah pembebasan Khaibar. Dan sejak itu ia memeluk Islam dan bai'at kepada Rasullullah saw. Seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita-citanya dibaktikan kepada keduanya. Maka ketaatan dan kepatuhan, zuhud dan keshalihan, keluhuran dan ketinggian, pendeknya segala sifat dan tabi'at utama, mendapati manusia suci dan baik ini sebagai saudara kandung dan teman yang setia….!
Dan ketika kita berusaha hendak menemui dan menjajagi kebesarannya, hendaklah kita bersikap hati-hati dan waspada, hingga kita tidak terkecoh menyebabkannya lenyap atau lepas dari tangan • • • • Karena sewaktu pandangan kita tertumbuk pada Sa'id dalam kumpulan orang banyak, tidak suatu pun keistimewaan yang akan memikat dan mengundang perhatian kita. Mata kita akan melihat salah seorang anggota regu tentara dengan tubuh berdebu dan berambut yang kusut masai, yang baik pakaian maupun bentuk lahirnya tak sedikit pun bedanya dengan golongan miskin lainnya dari kaum Muslimin.
Seandainya yang kita jadikan ukuran itu pakaian dan rupa lahir, maka takkan kita jumpai petunjuk yang akan menyatakan siapa sebenamya ia.
Kebesaran tokoh ini lebih mendalam dan berurat akar daripada tersembul di permukaan lahir yang kemilau ia jauh tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya • • • • Tahukah anda sekalian akan mutiara yang terpendam di perut lokan …?
Nah, keadaannya boleh ditamsilkan dengan itu ….

Ketika Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab memecat Mu'awiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Dan sistim yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya, merupakan Suatu sistim yang mengandung segala kewaspadaan, ketelitian dan pemikiran yang matang. Sebabnya ialah karena ia menaruh keyakinan bahwa dilakukan oleh setiap penguasa di tempat setiap kesalahan yang jauh sekali pun, maka yang akan ditanya oleh Allah swt ialah dua orang: pertama Umar .. • , dan kedua baru penguasa yang melakukan kesalahan itu……
Oleh sebab itu syarat-syarat yang dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan amat berat dan ketat serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna, setajam pengiihatan dan setembus pandangannya ....
Di Syria ketika itu merupakan wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan di sana sebelum datangnya Islam mengikuti peradaban yang silih berganti, di samping ia merupakan pusat perdagangan yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang ..., hingga karena itu dan disebabkan hal itu ia merupakan suatu negeri yang penuh godaan dan rangsangan.
Maka menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan syetan mana pun ...,seorang zahid yang gemar beribadat, yang tunduk dan patuh serta melindungkan diri kepada Allah ....
Tiba-tiba Umar berseru, katanya: "Saya telah menemukannya...! Bawa ke sini Sa'id bin 'Amir...!"
Tak lama antauanya datanglah Sa'id mendapatkan Amirul Mu'minin yang menawarkan jabatan sebagai wall kota Hems. Tetapi Sa'id menyatakan keberatannya, katanya: "Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mu'minin ...!"
Dengan nada keras Umar menjawab: "Tidak, demi Allah saya tak hendak melepaskan anda! Apakah tuan-tuan hendak membebankan amanat dan khilafat di atas pundakku ...,lalu tuan-tuan meninggalkan daku ...?"
Dalam sekejap saat, Sa'id dapat diyakinkan. Dan memang kata-kata yang diucapkan Umar layak untuk mendapatkan hasil yang diharapkan itu.
Sungguh suatu hal yang tidak adil namanya bila mereka mengalungkan ke lehernya amanat dan jabatan sebagai khalifah, lalu mereka tinggalkan ia sebatang kara ....
Dan seandainya seorang seperti Sa'id bin'Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hukum, maka siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang amat berat itu ...?
Demikianlah akhirnya Sa'id berangkat ke Homs. Ikut bersamanya isterinya; dan sebetulnya kedua mereka adalah pengantin baru. Semenjak kecil isterinya adalah seorang wanita yang amat cantik berseri-seri. Mereka dibekali Umar secukupnya....
Ketika kedudukan mereka di Homs telah mantap, sang isteri bermaksud meggunakan haknya sebagai isteri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Diusulkannya kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumaih.tangga, lalu menyimpan Sisanya.
Jawab Sa'id kepada isterinya: "Maukah kamu saya tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu? Kita berada di suatu negeri yang amat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Maka lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan memperkembangkannya……..!
"Bagaimanajika perdagangannya rugi?" tanya isterinya.
"Saya akan sediakan borg atau jaminan " ujar Sa'id. "Baiklah kalau begitu" kata isterinya pula. Kemudian Sa'id pergi keluar, lalu membe!i sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat bersahaja, dan.sisanya yang tentu masih banyak itu dibagi-bagikannya kepada faqir miskin dan orang-orang membutuhkan.
Hari-hari pun berlalu, dan dari waktu ke waktu isteri Sa'id menanyakan kepada-suaminya soal perdagangan mereka dan bilakah keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Sa'id bahwa perdagangan mereka berjalan lancar, sedang keuntungan bertambah banyak dan kian meningkat.
Pada suatu hari isterinya memajukan lagi pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sebenamya. Sa'id pun tersenyum lalu.tertawa yang menyebabkan timbulnya keraguan dan kecurigaan sang isteri. Didesaknyalah suaminya agar menceritakannya secara terus terang. Maka disampaikannya bahwa harta itu telah disedeqahkannya dari semula.
Wanita itu pun menangis dan menyesali dirinya karena harta itu tak ada manfaatnya sedikit pun, karena tidak jadi dibelikan untuk keperluan hidup dirinya, dan sekarang tak sedikit pun tinggal sisanya ………
Sa'id memandangi isterinya, sementara air mata penyesalan dan kesedihan telah menambah kecantikan dan kemolekannya. Dan sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi dirinya, Sa'id menujukan penglihatan bathinnya ke surga, maka tampaklah di sana kawan-kawannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu katanya:
"Saya mempunyai kawan-kawan ,yang telah lebih dulu menemui Allah dan saya tak ingin menyimpang dari jalan mereha, walau ditebus dengan dunia dan segala isi nya...!"
Dan karena ia takut akan tergoda oleh kecantikan isterinya itu, maka katanya pula yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama isterinya:
"Bukanhah hamu tahu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadisgadis cantih yang bermata jeli, hingga seandainya seorang saja di antara mereha menampahkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan.. .
Maka mengurbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereha, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengurbankan mereka demi karena dirimu ...! "
Diakhirinya ucapan itu sebagaimana dimulainya tadi, dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah …….
Isterinya diam dan maklum bahwa tak ada yang lebih utama baginya daripada mengikuti jalan yang telah ditempuh suaminya, dan mengendalikan diri untuk mencontoh sifat zuhud dan ketakwaannya.
Dewasa itu Homs digambarkan sebagai Kufah kedua. Hal itu disebabkan sering terjadinya pembakangan dan pendurhakaan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Dan karena kota Kufah dianggap sebagai pelopor dalam soal pembakangan ini, maka kota Homs diberi julukan sebagai kota kedua. Tetapi bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs ini menetang pemimpin-pemimpin mereka sebagaimana kita sebutkan itu, namun terhadap hamba yang shalih sebagai Sa'id, hati mereka dibukakan Allah, hingga mereka cinta dan taat kepadanya.
Pada suatu hari Umar menyampaikan berita kepada Sa'id:
"Orang-orang Syria mencintaimu .. .!" "Mungkin sebabnya karena saya suka menolong dan membantu mereka", ujar Sa'id. Hanya bagaimana juga cintanya warga kota Hems terhadap Sa'id, namun adanya keluhan dan pengaduan tak dapat dielakkan ..., sekurang-kurangnya untuk membuktikan bahwa Homs masih tetap menjadi saingan berat bagi kota Kufah di Irak ...!
Suatu ketika, tatkala Amirul Mu'minin Umar berkunjung ke Homs, ditanyakannya kepada penduduk yang sedang berkumpul lengkap: "Bagaimana pendapat kalian tentang Sa'id .. .?" Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi rupanya pengaduan itu mengandung berkah, karena dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang amat menakjubkan serta mengesankan...!
Dari kelompok yang mengadukan itu Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu demi satu. Maka atas nama kelompok tersebut majulah pembicara yang mengatakan:
1. "Ada empat hal yang hendak kami kemukakan:
2. Ia baru keluar mendapatkan kami setelah tinggi hari ....
3. Tak hendak melavani seseorang di waktu malam hari....
4. Setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menemuinya....
5. Dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan .. ."
Umar tunduk sebentar dan berbisik memohon kepada Allah, katanya: "Ya Allah, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu terbaik, maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset.
Lalu Said dipersilahkan untuk membela dirinya, ia berkata:
"Mengnai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya, …..Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat dhuha. Setelah itu barulah saya keluar untuk mendapatkan mereka….!"
Wajah Umar bersei-seri, dan katanya: "Alhamdulillah……, dan mengenai yang kedua?"
Maka Sa'id pun melanjutkan pembicaraannya:
"Adapun tuduhan mereka bahwa saya tidak mau melayanai mereka diwaktu malam…maka demi Allah saya benci menyebutkan penyebabnya…..! Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta'ala…..! sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan dimana saya tidak menemui mereka….., maka sebabnya sebagaimana saya katakan tadi, saya tidak mempunyai khadam untuk mencuci pakaian, sedangkan pakaianku tidaklah banya untuk dipergantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggunya sampai kering, hingga baru dapat keluar diwaktu petang……
Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan…. Karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: "Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal'afiat…? Jawab Khubaib: Demi Allah saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh kesenangan dan keselamatan dunia, sementara Rasullullah ditimpa bencana, walau hanya oleh tusukan duri sekalipun….!"
Maka setiap terkenang akan peristiwa yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa saya berpangku tangan dan tak hendak mengulurkan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa.Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu….."
Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa'id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari Jiwanya yang shalih ……..
Mendengar itu Umar tak dapat lagi menahan diri dan rasa harunya, maka berseru karena amat gembira: "Alhamdulillah, karena dengan taufiq-Nya firasatku tidak meleset adanya….!"
Lalu dirangkul dan dipeluknya Sa'id, serta diciumlah keningnya yang mulia dan bersinar cahaya • • • .
******
Nah, petunjuk macam apakah yang telah diperoleh makhluq seperti ini ... ?
Guru dari kaliber manakah Rasulullah saw. Itu …..?
Dan sinar tembus seperti apakah Kitabullah itu……?
Corak sekolah yang telah memberikan bimbingan dan meniupkan inspirasi manakah Agama islam ini ?
Tetapi mungkinkah bumi dapat memikul di atas punggungnya jumlah yang cukup banyak dari tokoh-tokoh berkwalitas demikian?
Sekiranya mungkin, tentulah ia tidak disebut bumi atau dunia lagi ...,lebih tepat bila dikatakan Surga Firdausi ……
Sungguh, ia telah menjadi Firdaus yang telah dijanjikan Allah!
Dan karena Firdaus itu belum tiba waktunya, maka orang-orang yang lewat di muka bumi dan tampil di arena kehidupan dari tingkat tinggi dan mulia seperti ini amat sedikit dan jarang adanya. Dan Sa'id bin 'Amir adalah salah seorang di antara mereka ….
Uang tunjangan dan gaji yang diperolehnya banyak sekali, sesuai dengan kerja dan jabatannya, tetapi yang diambilnya hanyalah sekedar keperluan diri dan isterinya, sedang selebihnya dibagi-bagikan kepada rumah-rumah dan keluarga-keluarga lain yang membutuhkannya.
Suatu ketika ada yang menasihatkan kepadanya: Berikanlah kelebihan harta ini untuk melapangkan keluarga dan famili isteri anda! Maka ujarnya: "Kenapa keluarga dan ipar besanku saja yang harus lebih kuperhatikan.. .? Demi Allah, tidak! Saya tak hendak menjual keridlaan Allah dengan kaum kerabatku. ..!"
Memang telah lama dianjurkan orang kepadanya: "Janganlah ditahan-tahan nafkah untuk diri pribadi dan keluarga anda, dan ambillah kesempatan untuk meni'mati hidup!"
Tetapi jawaban yang keluar hanyalah kata-kata yang senantiasa diulang-ulangnya: "Saya tak hendak ketinggalan dari rombongan pertama, yakni setelah saya dengar Rasulullah saw.. bersabda:
"Allah 'Azza wa Jalla akan menghimpun manusia untuk dihadaphan ke pengadilan. Maha datanglah orang-orang miskin yang beriman, berdesak-desakan maju ke depan tak ubahnya bagai kawanan burung merpati. Lalu ada yang berseru kepada mereka: Berhentilah kalian untuk menghadapi perhitungan! Ujar mereka: Kami tah punya apa-apa untuh dihisab. Maka Allah pun berfirman: Benarlah hamba-hamba-Ku itu ...! Lalu masuklah mereka ke dalam surga Sebelum orang-orang lain masuk .... ".
Dan pada tahun 20 Hijriyah dengan lembaran yang paling bersih, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang paling cemerlang. Sa'id bin Amir pun menemui Allah….
Telah lama sekali rindunya terpendam untuk menyusul rombongan perintis, yang hidupnya telah dinazarkannya untuk memelihara janji dan mengikuti langkah mereka.
Sungguh, rindunya telah tiada terkira untuk dapat menjumpai Rasul yang menjadi gurunya, serta teman sejawatnya yang shalih dan suci Maka sekarang ia akan menemui mereka dengan hati tenang, jiwa yang tenteram dan beban yang ringan ....
Yang tak ada beserta atau di belakangnva beban dunia atau harta benda yang akan memberati punggung atau menekan bahunya....
Tak ada yang dibawanva kecuali zuhud, keshalihan dan ketaqwaannya serta kebenaran jiwa dan budi baiknya . • • •
Semua itu adalah keutamaan yang akan memberatkan daun timbangan, dan sekali-kali takkan memberatkan beban pikulan….!
Keistimewaan ,tersebut dipergunakan oleh pemiliknya untuk menggoncang dunia, dan dijadikan pegangan yang kokoh sehingga tak tergoyahkan oleh tipu daya dunia……!
Selamat bahagia bagi Sa 'id bin 'Amir….!
Selamat baginya, baih selagi hidup maupun setelah wafatnya……!
Selamat, sekali lagi selamat, terhadap riwayat dan kenang-kenangannya.
Serta selamat bahagia pula bagi para sahabat Rasulullah yakni orang-orang mulia dan gemar beramal serta rajin beribadat...!

Kamis, 10 September 2009

ZAINAB BIN JAHZY

ZAINAB binti JAHSY -radhiallaahu 'anha-
Dia adalah Ummul mukminin, Zainab binti Jahsy bin Rabab bin Ya'mar. Ibu beliau bernama Ummyah Binti Muthallib, Paman dari paman Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam . Pada mulanya nama beliau adalah Barra', namun tatkala diperistri oleh Rasulullah, beliau diganti namanya dengan Zainab.
Tatkala Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam melamarnya untuk budak beliau yakni Zaid bin Haritsah (kekasih Rasulullah dan anak angkatnya), maka Zainab dan juga keluarganya tidak berkenan. Rasulullah bersabda kepada Zainab, "Aku rela Zaid menjadi suamimu". Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah akan tetapi aku tidak berkenan jika dia menjadi suamiku, aku adalah wanita terpandang pada kaumku dan putri pamanmu, maka aku tidak mau melaksanakannya. Maka turunlah firman Allah (artinya): "Dan Tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan–urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". (Al-Ahzab:36).
Akhirnya Zainab mau menikah dengan Zaid karena ta'at kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, konsekuen dengan landasan Islam yaitu tidak ada kelebihan antara orang yang satu dengan orang yang lain melainkan dengan takwa.
Akan tetapi kehidupan rumah tangga tersebut tidak harmonis, ketidakcocokan mewarnai rumah tangga yang terwujud karena perintah Allah yang bertujuan untuk menghapus kebiasaan-kebiasaan dan hukum-hukum jahiliyah dalam perkawinan.
Tatkala Zaid merasakan betapa sulitnya hidup berdampingan dengan Zainab, beliau mendatangi Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam mengadukan problem yang dihadapi dengan memohon izin kepada Rasulullah untuk menceraikannya. Namun beliau bersabda: "Pertahankanlah istrimu dan bertakwalah kepada Allah".
Padahal beliau mengetahui betul bahwa perceraian pasti terjadi dan Allah kelak akan memerintahkan kepada beliau untuk menikahi Zainab untuk merombak kebiasaan jahiliyah yang mengharamkan menikahi istri Zaid sebagaimana anak kandung. Hanya saja Rasulullah tidak memberitahukan kepadanya ataupun kepada yang lain sebagaimana tuntunan Syar'i karena beliau khawatir, manusia lebih-lebih orang-orang musyrik, akan berkata bahwa Muhammad menikahi bekas istri anaknya. Maka Allah 'Azza wajalla menurunkan ayat-Nya: "Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:"Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih kamu takuti. Maka tatkala Zaid yang telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini ( istri-istri anak-anak angkat itu ) apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi". (Al-Ahzab:37).
Al-Wâqidiy dan yang lain menyebutkan bahwa ayat ini turun manakala Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan 'Aisyah tiba-tiba beliau pingsan. Setelah bangun, beliau tersenyum seraya bersabda:"Siapakah yang hendak memberikan kabar gembira kepada Zainab?", Kemudian beliau membaca ayat tersebut. Maka berangkatlah seorang pemberi kabar gembira kepada Zainab untuk memberikan kabar kepadanya, ada yang mengatakan bahwa Salma pembantu Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam yang membawa kabar gembira tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa yang membawa kabar gembira tersebut adalah Zaid sendiri. Ketika itu, beliau langsung membuang apa yang ada di tangannya kemudian sujud syukur kepada Allah.
Begitulah, Allah Subhanahu menikahi Zainab radliallâhu 'anha dengan Nabi-Nya melalui ayat-Nya tanpa wali dan tanpa saksi sehingga ini menjadi kebanggaan Zainab dihadapan Ummahatul Mukminin yang lain. Beliau berkata:"Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian akan tetapi aku dinikahkan oleh Allah dari atas 'Arsy-Nya". Dan dalam riwayat lain,"Allah telah menikahkanku di langit". Dalam riwayat lain,"Allah menikahkan ku dari langit yang ketujuh". Dan dalam sebagian riwayat lain,"Aku labih mulia dari kalian dalam hal wali dan yang paling mulia dalam hal wakil; kalian dinikahkan oleh orang tua kalian sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari langit yang ketujuh".
Zainab radliallâhu 'anha adalah seorang wanita shalihah, bertakwa dan tulus imannya, hal itu ditanyakan sendiri oleh sayyidah 'Aisyah radliallâhu 'anha tatkala berkata:"Aku tidak lihat seorangpun yang lebih baik diennya dari Zainab, lebih bertakwa kepada Allah dan paling jujur perkataannya, paling banyak menyambung silaturrahmi dan paling banyak shadaqah, paling bersungguh-sungguh dalam beramal dengan jalan shadaqah dan taqarrub kepada Allah 'Azza wa Jalla".
Beliau radliallâhu 'anha adalah seorang wanita yang mulia dan baik. Beliau bekerja dengan kedua tangannya, beliau menyamak kulit dan menyedekahkannya di jalan Allah, yakni beliau bagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Tatkala 'Aisyah mendengar berita wafatnya Zainab, beliau berkata:"Telah pergi wanita yang mulia dan rajin beribadah, menyantuni para yatim dan para janda". Kemudian beliau berkata: "Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para istrinya: 'Orang yang paling cepat menyusulku diantara kalian adalah yang paling panjang tangannya…' ".
Maka apabila kami berkumpul sepeninggal beliau, kami mengukur tangan kami di dinding untuk mengetahui siapakah yang paling panjang tangannya di antara kami. Hal itu kami lakukan terus hingga wafatnya Zainab binti Jahsy, kami tidak mendapatkan yang paling panjang tangannya di antara kami. Maka ketika itu barulah kami mengetahui bahwa yang di maksud dengan panjang tangan adalah sedekah. Adapun Zainab bekerja dengan tangannya menyamak kulit kemudian dia sedekahkan di jalan Allah.
Ajal menjemput beliau pada tahun 20 hijriyah pada saat berumur 53 tahun. Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab turut menyalatkan beliau. Penduduk Madinah turut mengantar jenazah Ummul Mukminin, Zainab binti Jahsy hingga ke Baqi'. Beliau adalah istri Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam yang pertama kali wafat setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam, semoga Allah merahmati wanita yang paling mulia dalam hal wali dan wakil, dan yang paling panjang tangannya. [Dimurâja'ah pada hari Sabtu, 03/01/1423 = 16/03/2002]

UTBAH BIN GHAZWAN

UTBAH BIN GHAZWAN
"ESOK LUSA AKAN KALIAN LIHAT PEJABAT-PEJABAT PEMERINTAHAN YANG LAIN DARIPADAKU"

Di antara Muslimin yang lebih dulu masuk Islam, dan di antara muhajirin pertama yang hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah ..., dan di antara pemanah pilihan yang tak banyak jumlahnya yang telah berjasa besar dijalan Allah,terdapat seorang laki-laki yang berperawa'kan tinggi dengan muka bercahaya dan rendah hati, namanya Utbah bin Ghazwan ....
Ia adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang bai'at berjanji setia, dengan menjabat tangan kanan Rasulullah dengan tangan kanan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti nafsu angkara.
Pada hari-bari pertama dimulainya da'wah .-.., dan pada hari-hari penderitaan dan kesukaran, Utbah bersama kawan-kawannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup yang mulia, yang kelak kemudian -menjadi -bekal dan makanan bagi hati nurani manusia dan akan berkembang menjadi luas melalui perkembangan masa....
Sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menyuruh shahabat -shahabatnya berhijrah ke Habsyi, termasuklah Utbah di antara orang muhajirin itu .... Tetapi kerinduannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam tidak membiarkannya menetap di sana, segeralah ia menjelajah daratan dan mengarungi lautan kembali ke Mekah, lain tinggal di sana di samping Rasul hingga datang saatnya hijrah ke Madinah, maka Utbah pun hijrahlah bersama Kaum Muslimin lainnya....
Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguannya dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya dengan ketepatan yang luar biasa, dan bersama-sama kawan-kawannya orang-orang Mu'minin lainnya digunakannya panah untuk menghancurkan alam hidup dan berfikir usang dengan segala berhala dan kebohongannya.
Di waktu Rasul yang mulia wafat menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi ia belum iagi hendak meletakkan senjatanya bahkan selalu berkelana berperang di muka bumi. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persi ia•melakukan perjuangan yang tak ada taranya ....
Amirul Mu'minin Umar mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan membersihkan buminya dari orang-orang Persi yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah kerajaan Persi, serta untuk membebaskan negeri Allah dan hamba-Nya dari cengkraman penjajahan mereka ....
Dan berkatalah Umar kepadanya sewaktu melepaskan bersama tentaranya:
"Berjalanlah anda bersama anak buah anda, hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan batas terdekat negeri Persi.... !
Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya... ! Serulah ke jalan Allah siapa yang man dan bersedia ... !
Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak ... !
Dan bagi setiap penantang, maka pedang bagiannya, tanpa pilih bulu... !
Tabahlah menghadapi musuh serta taqwalah kepada Allah Tuhanmu !"
Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar itu hingga sampai ke Ubullah .... Ketika itu orang-orang Persi telah menyiapkan balatentara mekeka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak di tangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya semenjak ia berkenalan dengan tombak.
Ia berseru di tengah-tengah tentaranya: -- "Allahu Akbar, shadaqa wa'dah': artinya "Allah Maha Besar, Ia menepati janjiNya".
Dan seolah-olah ia dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah•terjadi pertempuran kecil-kecilan, Ubullah pun menyerahlah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi, dan penduduknya terbebas dari kekejaman selama ini, yang mereka rasakan tak ubah dengan mereka ...dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya ... !
Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun kota Basrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah mesjid besar .... Dan sekarang ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan,'tapi Amirul Mu'minin Umar keberatan dan menyuruhnya tetap di sana ....
Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat, memberi pengertian dalam soal Agama, menegakkan hukum dengan adil, serta memberi contoh teladan yang sangat mengag'umkan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan....
Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat dayanya, sehingga menjengkelkan mereka yang dipengaruhi oleh ni'mat kesenangan dan hawa nafsu ....
Pada suatu hari Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, katanya: "Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam sebagai salah seorang kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka!
Di suatu hari aku beroleh rizqi sehelai baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa'ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku ... !"
Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak Agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin.
Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak merubah pendiriannya dan membangkitkan dalam Jlwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri-negen yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan.... Terhadap hal-hal ini Utbah menjawabnya dengan katanya: -- "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah...!"
Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka:
-- "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku ... !"
Dan datanglah musim haji, diwakiikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergilah menunaikan ibadah haJ1. Sewaktu ia teiah selesai: menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan ....
Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi inceran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: -- "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku ... ! Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri ... ?:Tidak, demi Allah tidak kuidzinkan untuk selama-lamanya "
Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan .... Dan karenanya man tak mau Utbah harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah.
Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Tuhannya azza wajalla, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya....
Dan du'anya pun diperkenankan Tuhannya.... Selagi ia dalam perjalanan ke wilayah peme~intahannya, maut datang menjemputnya .... Ruhnya naik ke pangkuan Penciptanya, bersukacita dengan pengurbanan dan darma baktinya, kezuhudan dan kesahajaannya. Begitupun karena nikmat yang telah disempurnakan-Nya dan oleh karena pahala yang telah disediakan-Nya untuk dirinya ....

UMMU SULAIM BIN MALHAN

Ummu Sulaim Binti Malhan
Beliau bernama Rumaisha’, Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin ‘Ady bin Najjar al-Anshariyyah al-Khazrajiyyah.
Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan cantik, dirinya dihiasi pula dengan ketabahan, kebijaksanan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan kecerdasan berfikir dan kefasihan serta berakhlak mulia, sehingga nantinya cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya. Karena beliau memiliki sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama Malik bin Nadlar untuk segera menikahinya. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah Anas bin Malik, salah seorang shahabat yang agung.
Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid muncul sehingga menyebabkan orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera masuk Islam.
Ummu Sulaim termasuk golongan pertama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar. Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya didalam masyarakat jahiliyah penyembah berhala yang telah beliau buang tanpa ragu.
Adapun halangan pertama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik suaminya yang baru saja pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari agamamu?”. Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab: ”Tidak, bahkan aku telah beriman”.
Suatu ketika beliau menuntun Anas (putra beliau) sembari mengatakan: “Katakanlah La ilaha illallah.” (Tidak ada ilah yang haq kecuali Allah). Katakanlah, Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.” (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) kemudian Anas mau menirukannya. Akan tetapi ayah Anas mengatakan, “Janganlah engkau merusak anakku”. Maka beliau menjawab: “Aku tidak merusaknya akan tetapi aku mendidik dan memperbaikinya”.
Perasaan gengsi dengan dosa-dosa menyebabkan Malik bin Nadlar menentukan sikap terhadap istrinya yang –menurutnya- keras kepala dan tetap ngotot berpegang kepada akidah yang baru, maka Malik tidak memiliki alternatif lain selain memberi khabar kepada istrinya bahwa dia akan pergi dari rumah dan tidak akan kembali hingga istrinya mau kembali kepada agama nenek moyangnya.
Manakala Malik mendengar istrinya dengan tekad yang kuat karena teguh terhadap pendiriannya mengulang-ulang kalimat “Ashadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, maka Malik pergi dari rumah dalam keadaan marah dan kemudian bertemu dengan musuh sehingga akhirnya dia dibunuh.
Ketika Ummu Sulaim mengetahui bahwa suaminya telah terbunuh, beliau tetap tabah mengatakan: “Aku tidak akan menyampih Anas sehingga dia sendiri yang memutusnya, dan aku tidak akan menikah sehingga Anas menyuruhku”.
Kemudian Ummu Anas menemui Rasulullah yang dicintai dengan rasa malu kemudian beliau mengajukan agar buah hatinya, Anas dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. Rasulullah menerimanya sehingga sejuklah pandangan Ummu Sulaim karenanya.
Kemudian orang-orang banyak membicarakan Anas bin Malik dan juga ibunya dengan penuh takjub dan bangga. Begitu pula Abu Thalhah mendengar kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung cinta dan takjub. Kemudian dia beranikan diri melamar Ummu Sulaim dan menyediakan baginya mahar yang tinggi. Akan tetapi, tiba-tiba saja pikirannya menjadi kacau dan lisannya menjadi kelu tatkala Ummu Sulaim menolak dengan wibawa dan penuh percaya diri dengan berkata: “Sesungguhnya tidak pantas bagiku menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa tuhan-tuhan kalian adalah hasil pahatan orang dari keluarga fulan, dan sesungguhnya seandainya kalian mau membakarnya maka akan terbakarlah tuhan kalian”.
Abu Thalhah merasa sesak dadanya, kemudian dia berpaling sedangkan dirinya seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat dan dia dengar. Akan tetapi cintanya yang tulus mendorong dia kembali pada hari berikutnya dengan membawa mahar yang lebih banyak, roti maupun susu dengan harapan Ummu Sulaim akan luluh dan menerimanya.
Akan tetapi Ummu Sulaim adalah seorang da`iyah yang cerdik yang tatkala melihat dunia menari-nari dihadapannya berupa harta, kedudukan dan laki-laki yang masih muda, dia merasakan bahwa keterikatan hatinya dengan Islam lebih kuat dari pada seluruh kenikmatan dunia. Beliau berkata dengan sopan: “Orang seperti anda memang tidak pantas ditolak, wahai Abu Thalhah, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan saya adalah seorang muslimah sehingga tidak baik bagiku menerima lamarnmu”. Abu Thalhah bertanya: “lantas apa yang anda inginkan?”, beliau balik bertanya: “Apa yang saya inginkan?”. Abu Thalhah bertanya: “apakah anda menginginkan emas atau pera?”. Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas ataupun perak akan tetapi saya menginginkan agar anda masuk Islam”. “Kepada siapa saya harus datang untuk masuk Islam?”, tanya Abu Thalhah. Beliau berkata: “Datanglah kepada Rasulullah untuk itu!”. Maka pergilah Abu Thalhah untuk menemui Nabi yang tatkala itu sedang duduk-duduk bersama para sahabat. Demi melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda:
“Telah datang kepada kaliaan Abu Thalhah sedang sudah tampak cahaya Islam dikedua matanya”.
Selanjutnya Abu Thalhah menceritakan kepada Nabi tentang apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka da menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ummu sulaim berkata:
“Demi Allah! orang yang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hannya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta yang selain dari itu”.
Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol dihatinya secara sempurna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cerdas, dan apakah dia akan mendapatkan yang lebih baik darinya untuk diperistri, atau ibu bagi anak-anaknya?”.
Tanpa terAsa lisan Abu Thalhah mengulang-ulang: “Aku berada diatas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah”.
Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya, Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya: “Wahai Anas! Nikahkanlah aku dengan Abu thalhah”. Kemudian beliaupun dinikahkan dengan Islam sebagai mahar.
Oleh karena itulah Tsabit meriwayatkan hadits dari Anas :
“Aku belum pernah mendengar seorang wanitapun yang paling mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam”.
Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thalhah dengan kehidupan suami-istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan.
Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami isteri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan seorang da`iyah.
Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama yakni Ummu Sulaim sehingga pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.
Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin Malik yang menceritakan kepada kita bagaimana perlakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmennya terhadap al-Qur`an sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata :
“Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya di kalangan Anshar Madinah, adapun harta yang paling disukainya adalah kebun yang berada di masjid, yang biasanya Rasulullah masuk ke dalamnya dan minum air jernih didalamnya. Tatkala turun ayat :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Q,.s. Âli’ Imran: 92).
Seketika Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam kitab-Nya (yang artinya), “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah dengan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesuka kamu, wahai Rasulullah”.
Rasulullah bersabda :
“Bagus …..bagus.. itulah harta yang menguntungkan…. Itulah harta yang paling menguntungkan…..aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu”.
Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada sanak kerabat dan anak-anak dari pamannya.
Allah memuliakan kedua suami-istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi keduanya dengan pergaulannya dan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama Abu ‘Umair. Suatu ketika anak tersebut bermain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada waktu itu, Rasulullah melewati dirinya maka beliau berkata kepada anak tersebut untuk menghibur dan bermain dengannya: “Wahai Abu Umair! Apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu?”.
Allah berkehendak untuk menguji keduanya dengan keduanya dengan seorang anak yang cakap dan dicintai, suatu ketika Abu Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahnya apabila kembali dari pasar, pertama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya.
Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka ibu Mu`minah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridla dan baik. Sang ibu membaringkannya ditempat tidur sambil senantiasa mengulangi kalimat: “Inna lillahi wa inna ilahi raji`un”. Beliau berpesan kepada anggota keluarganya: “Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalha hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya”.
Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan bersemangat menyambut suaminya dan menjawab pertanyaannya seperti biasanya: “Apa yang dilakukan oleh anakku?”. Beliau menjawab: “dia dalam keadaan tenang”.
Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat karena khawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulaim mendekati beliau dan mempersiapkan malam baginya, lalu beliau makan dan minum sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian keduanyapun berbuat sebagai mana layaknya suami istri.
Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan mencampurinya serta merasa tenang dengan keadaan anaknya maka beliau memuji Allah karena tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam tidurnya.
Tatkala diakhir malam beliau berkata kepada suaminya: “Wahai Abu Thalhah! bagaimana pendapatmu seandainya suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipannya tersebut, maka bolehkah bagi keluarga tersebut untuk menolaknya?”. Abu Thalhah menjawab: “Tentu saja tidak boleh”. Kemudian Ummu Sulaim berkata lagi: “Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?”. Abu Thalhah berkata: “Berarti mereka tidak adil”. Ummu Sulaim berkata: ”Sesunggguhnya anakmu titipan dari Allah dan Allah telah mengambilnya, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu”.
Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah: “kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?”.
Beliau ulang-ulang kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja` (Inna lillahi wa inna ilahi raji`un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang.
Keesokan harinnya beliau pergi menghadap Rasulullah dan mengabarkan kapada Rasulullah tentang apa yang terjadi, kemudian Rasulullah bersabda:
“Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua”.
Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah selanjutnya Anas berkata: “Wahai Rasulullah, bahwasanya Ummu Sulaim melahirkan tadi malam”. Maka Rasulullah mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (menggosokan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata: “Berilah nama baginya, wahai Rasulullah!”. Beliau bersabda: “namanya Abdullah” .
Ubbabah, salah seorang rijal sanad berkata: “Aku melihat dia memiliki tujuh anak yang kesemuanya hafal al-Qur`an”.
Diantara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka berdua dimana umat manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah berkata:
“Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar”. Maka Rasulullah menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada dirumahnya, namun beliau menjawab: “Demi Dzat Yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya tidak berbeda. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya”.
Maka berdirilah salah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata: “Saya wahai Rasulullah”. Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim): “Apakah kamu memiliki makanan?”. Istrinya menjawab: “Tidak punya melainkan makanan untuk anak-anak”. Abu Thalhah berkata: ”Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada di tangan maka berdirilah. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut sementara kedua sumi-istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah lalu Rasulullah bersabda: “Sungguh Allah takjub (atau tertawa) terhadap fulan dan fulanah”. Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
“Sungguh Allah takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian” .
Di akhir hadits disebutkan: “Maka turunlah ayat (artinya):
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Q,.s. al-Hasyr :9).
Abu Thalhah tidak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan khabar gembira tersebut kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dalam al-Qur`an yang senantiasa dibaca.
Ummu Sulaim tidak hanya cukup menunaikan tugasnya untuk mendakwahkan Islam dengan penjelasan saja, bahkan beliau antusias untuk turut andil dalam berjihad bersama pahlawan kaum muslimin. Tatkala perang Hunain tampak sekali sikap kepahlawanannya dalam memompa semangat pada dada mujahidin dan mengobati mereka yang luka. Bahkan beliau juga mempersiapkan diri untuk melawan dan menghadapi musuh yang akan menyerangnya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya dan Ibnu Sa`ad di dalam Thabaqat dengan sanad yang shahih bahwa Ummu Sulaim membawa badik (pisau) pada perang Hunain kemudian Abu Thalhah berkata: “Wahai Rasulullah! ini Ummu Sulaim berkata: “Wahai Rasulullah apabila ada orang musyrik yang mendekatiku maka akan robek perutnya dengan badik ini”.
Anas berkata: “Rasulullah berperang bersama Ummu Sulaim dan para Wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang, para wanita tersebut memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka”.
Begitulah Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah, beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu Sulaim bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli surga. Beliau bersabda :
“Aku masuk ke surga, tiba-tiba mendengar sebuah suara, maka aku bertanya: “Siapa itu?”. Mereka berkata: “Dia adalah Rumaisha` binti Malhan ibu dari Anas bin Malik”.
Selamat untukmu wahai Ummu Sulaim, karena anda memang sudah layak mendapatkan itu semua, engkau adalah seorang istri shalihah yang suka menasehati, seorang da`iyah yang bijaksana, seorang pendidik yang sadar sehingga memasukkan anaknya ke dalam madrasah nubuwwah tatkala berumur sepuluh tahun yang pada gilirannya beliau menjadi seorang ulama diantara ulama Islam, selamat untukmu…..selamat untukmu…
(Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka AT-TIBYAN, Hal. 204)